Jumat, 31 Oktober 2008


CPNS. Sejumlah tenaga honorer pada instansi pemerintahan Kota Palu yang tidak masuk dalam penetapan data base tahun ini, terancam diberhentikan.

Photo by: Achun Palu



REBUTAN. Ratusan warga di Kelurahan Lasoani berebutan untuk mendapatkan nomor antrian minyak tanah yang dibagikan di pangkalan.

Photo by: Ahmad Muhsin

138 Batang Kayu Ilegal Ditangkap






DISITA. Sedikitnya 138 batang kayu illegal berhasil di tangkap jajaran aparat Polisi Sektor (Polsek) Biromaru, di Desa Paneki Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Donggala. Kayu jenis Matopaga itu rencanaya akan diselundupkan untuk dipasok di somel. Menurut keterangan aparat setempat, pelaku berdalih kayu tersebut digunakan untuk pembuatan gereja.

Photo by: Achun Palu


Kamis, 30 Oktober 2008

Listrik Tak Menentu, Home Industry Merugi


PALU- Adanya pemadaman listrik yang tidak menentu serta harga minyak tanah yang tidak stabil, membuat sebagian Home Industry mengalami kerugian.
Kepada Media Alkhairaat, Misti, salah seorang pembuat tempe Rabu, (29/10) mengakui, penurunan omset sangat dirasakan dalam pekan terakhir. Jika sebelumnya dia bisa membuat tempe sebanyak 100 kg, karena kondisi listrik yang sering padam, dia hanya mampu menghasilkan tempe sebesar 50 kg.
Pengeluarnya pun tidak sebanding dengan pemasukan dari hasil penjualan, karena banyak permintaan pelanggan yang tidak terpenuhi.
”Selama empat tahun salah membuat dan menjual tempe, saat ini saya mengalami kerugian,” ujarnya.
Hal senada pula dilontarkan Yujio Efendi salah seoarang penjual keripik ubi. Yujio mengatakan, saat harga minyak tanah dan lisrtik stabil, dalam sehari dia dan istrinya biasa menghasilkan keripik sebanyak satu karung. “Saat listrik tak menentu dan harga minyak tanah amburadul, kami hanya bisa membuat paling sedikit setengah karung dalam sehari,’’ keluhnya.
Akibat dua faktor itu, omsetnya menurun hingga 30 persen dibanding sebelumnya. Karena, harga bahan baku ikut naik. Harga ubi yang biasanya Rp20.000 dalam sekarung, saat ini menjadi Rp60.000per karung.
“Itulah yang membuat kami tidak bisa mengembankan usaha. Dan akhirnya berpengaruh pada omset,’’ tandasnya.(rhia/mal)

Photo by: rhia

Jembatan IV Akan Dipasang CCTV


PALU- Kepala Dinas (Kadis) Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Kota Palu, Robby Siwi, Rabu (28/10) mengatakan, pihaknya merencanakan untuk mengaktifkan kembali lampu Jembatan IV, yang saat ini telah rusak parah akibat tangan orang tak bertanggung jawab.
Robby Siwi mengatakan, supaya perusakan oleh orang tak bertanggung jawab tersebut tidak terulang kembali, pada tahun anggaran (TA) ini disbudpar menganggarkan pengadaan closed circuit television (CCTV), sebesar Rp75 juta. Dana tersebut sudah termasuk biaya untuk petugas pengawas, yang rencananya akan diambil dari tenaga kontrak pada lingkungan disbudpar.
Kata Robby Siwi, pengawasan untuk sarana yang merupakan salah satu aset wisata ini, setidaknya membutuhkan dua orang pertugas. Namun untuk memantapkan sistem pengawasan, disbudpar akan mencari format yang lain.
"Jika terjadi pemadaman listrik, rencana disbudpar akan memasang solar cell (Tenaga surya), supaya, jika terjadi pemadaman listrik, lampu tetap menyala dengan energi dari tenaga surya itu," terangnya.
Robby Siwi mengaku masih akan mengkaji untuk melibatkan masyarakat setempat, sebagai tenaga pengawas lampu jembatan IV tersebut. Ia hanya berharap kepedulian masyarakat untuk menjaga aset pemkot ini.
"Biar bagaimanapun, kalau tidak ada kepedulian masyarakat untuk ikut serta menjaganya, ya susah.Makanya kesadaran dari masyarakat itu yang sangat dibutuhkan," harapnya.
Wakil Walikota Palu (Wawali), Andi Mulhanan Tombolotutu sendiri menyerahkan sepenuhnya sistem pengawasan yang akan diterapkan terhadap jembatan Palu IV itu. Ia juga berharap peran serta masyarakat, untuk ikut menjaga fasilitas umum yang merupakan aset Pemkot.
Salah seorang warga Kelurahan Lere, yang sehari-hari berprofesi sebagai penjual ikan, Fandy sangat menyangkan fasilitas yang seharusnya menjadi kebanggan daerah ini justru dirusak. Padahal, jika Kota Palu terlihat indah, yang berbangga adalah warga Kota Palu sendiri. (joko/mal)

Photo by: Abde Palu

Pasca Bentrok Donggala, Massa Ambarawa Sandera Mobil Dinas


DONGGALA - Unjuk rasa massa yang menamakan diri Aaliansi Masyarakat Banawa dan Pantai Barat, selasa (28/10) di kantor KPU Donggala, yang berakhir bentrok, akhirnya berbuntut panjang. Kelompok massa berupaya melumpuhkan aktivitas pemerintahan Kabupaten Donggala, dengan membarikade jalur barat jalan Trans Sulawesi dan menyandera seluruh mobil dinas. 
Namun, polisi tidak kalah sigap. Ratusan anggota Kepolisian Resort Donggala dari berbagai satuan, langsung melakukan pengawalan di sepanjang jalur tersebut. Upaya massa aliansi melumpuhkan kota Donggala, Rabu kemarin, berhasil digagalkan tidak kurang dari 12 peleton anggota polisi.
Mobil-mobil bus milik pemerintah kabupaten donggala yang mengangkut para pegawai negeri sipil, dikawal oleh aparat kepolisian. Di sepanjang jalan, aparat intelijen dan reserse juga disiagakan. Akhirnya, massa yang hendak membarikade jalur tersebut, tidak dapat melakukan apa-apa, namun mereka mengancam akan menahan dan menyita semua mobil dinas milik pemerintah setempat, sampai terpenuhinya tuntutan mereka agar KPUD membatalkan Pilkada 16 Oktober lalu.
Aksi ini dipicu bentrok pada Sselasa siang lalu di kantor KPUD setempat. Ratusan massa kocar-kacir setelah dipukuli oleh massa yang pro Keputusan KPUD menetapkan pasangan Habir Ponulele dan Aly Lasamaulu menjadi bupati dan wakil bupati Donggala periode 2009-2014.
Massa makin kocar-kacir setelah aparat kepolisian dari satuan Brigade Mobil Daerah Sulteng melepaskan gas air mata.

Sampai saat ini, aparat masih terus berjaga di kantor KPUD Donggala , dengan menyiapkan mobil meriam air dan barikade kawat berduri. (ahmad/mal)

Photo by: ahmad muhsin

Rabu, 29 Oktober 2008

Talise on The Night

































































ASIKNYA
menikmati pemandangan
Pantai Talise di malam hari. Cahaya lampu-lampu jalan yang memantul di air laut Pantai Talise menambah keindahan sepanjang pantai itu. Setiap malam, jalur ring road Kota Palu itu selalu dijubeli oleh kendaraan bermotor. Bahkan kemacetan sering tak dapat dihindari.
Photo by: Achun Palu

Desa dan Tradisonal

MESKI teknologi pertanian dalam mengolah sawah sudah sangat maju, namun petani di Desan Porame, Kecamatan Marawola ini masih menggunakan alat bajak tradisional.
Foto by: Achun Palu
























































Road to Donggala

Photo by: Achun Palu















































Sejumlah Sekolah Tak Peringati Sumpah Pemuda

PALU-Perayaan hari sumpah pemuda, seharusnya menjadi tradisi bangsa Indonesia khususnya para pemuda yang dimulai dari bangku pendidikan. Namun kini kenyataannya berbeda, saat ini perayaan Sumpah Pemuda hanya merupakan inisiatif dari masing-masing sekolah. Pada perayaan hari sumpah pemuda yang jatuh Selasa (28/10) kemarin, banyak sekolah yang acuh tak acuh terhadap hari pemersatu bangsa Indonesia tersebut. Dari penelusuran Media Alkhairaat, banyak sekolah yang sama sekali tidak melakukan kegiatan dalam memperingati hari sumpah pemuda. Sekolah tersebut antara lain SMA Negeri 4 Palu, STM Negeri Palu, SMP Negeri 3 Palu, dan masih banyak sekolah lainnya. Hedir, salah seorang siswa sekolah mengaku, sejak jam masuk sampai dibunyikannya bel yang menandakan, berakhirnya jam sekolah, dirinya sama sekali tidak melihat aktifitas yang menunjukkan perayaan sumpah pemuda di sekolahnya. “Tidak ada perayaan apa-apa. Biasa-biasa saja,” ujarnya. Hal senada juga disampaikan Ece, siswa salah satu SMP di Kota Palu. “Tidak ada upacara bendera, apalagi perayaan lainnya,” ungkap Ece spontan. Selain itu menurut Ece, ia dan beberapa orang rekannya sejak pagi sudah menantikan kegiatan yang mereka harap diadakan oleh pihak sekolah. Namun kenyataannya tidak ada. “ Ya, pasti kecewa,” ujarnya. Berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya SMA Negeri 1 Palu berinisiatif, merayakan hari sumpah pemuda dengan melakukan upacara bendera. Drs Abd Chair A Mahmud. Kepala sekolah SMA Negeri 1 Palu mengatakan, upacara bendera itu atas inisiatif dari pihak sekolah itu sendiri. “Tidak ada pemberitahuan dari mana pun soal peringatan Hari Sumpah Pemuda di SMA Negeri I. Ini atas dasar inisiatif sekolah,” akunya. Menanggapi hal tersebut, kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Palu, Ardiansyah mengaku, pihaknya sama sekali tidak berhak mengambil tindakan atas tidak adanya perayaan sumpah pemuda yang ada di beberapa sekolah di Kota Palu. Hal ini disebabkan pihaknya memang tidak memberi imbauan kepada sekolah-sekolah tersebut. “Memang tidak ada imbauan dari pihak disdik Kota Palu,” katanya. Harusnya kata Ardiansyah, hal itu menjadi tanggung jawab pihak Dinas Pemuda dan Olahraga untuk mengedarkan surat imbauan perayaan hari sumpah pemuda di sekolah-sekolah. ”Inikan menyangkut pemuda, jadi yang lebih tahu itu mereka,” tandasnya.(banjir)

Photo by: Muhamad Nasrun

Penetapan Pilkada Donggala Ricuh

DONGGALA- Dua perwakilan pengunjukrasa Aliansi Masyarakat Banawa dan Pantai Barat (AMBARA), Abdul Rasyid dan Helmy Sahibe dibonyok massa di ruang rapat pleno Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Donggala, Selasa sore kemarin, saat penetapan pasangan Habir Ponulele-Aly Lasamaulu (HALAL) sebagai pemenang calon bupati dan wakil bupati Donggala.

Pemukulan itu berawal saat Abdul Rasyid dan Helmy tampil di ruang rapat pleno KPUD membacakan aspirasi AMBARA. Dalam petisinya, Rasyid dan Helmy menyatakan pilkada Donggala cacat hukum karena keikutsertaan masyarakat Sigi. Di hadapan banyak orang di ruang rapat pleno KPU mereka minta penetapan Pilkada harus ditunda karena merupakan pembohongan publik. “Termasuk bapak-bapak yang hadir di dalam ruangan ini juga pembohong,”lantang Rasyid.

Mendengar ucapan tersebut, spontan saja sejumlah hadirin berteriak “kurang ajar kamu,”. Mereka tidak menerima disebut sebagai pembohong. Beberapa orang dalam ruang rapat tersebut langsung beraksi. Seorang anggota PPK yang hadir berinisial KONE langsung berdiri melangkah ke depan, tanpa aba-aba melayangkan tinjunya ke wajah Abdul Rasyid. Sejumput kemudian, anggota PPK lain juga mengejar dan memukul Rasyid. Melihat itu sejumlah undangan juga ikut-ikutan mengeroyok kedua pengunjuk rasa tersebut.

Ironisnya sebelum insiden terjadi tak ada aparat kepolisian berjaga. Aparat keamanan, yang jumlahnya ratusan hanya berjaga-jaga di pintu gerbang dan di halaman kantor KPU. Aparat baru beramai-ramai masuk melerai setelah kedua korban pengeroyokan itu wajahnya babak belur. Itu pun aparat sempat kewalahan menyelamatkan kedua korban karena situasi dalam rapat pleno mulai kacau, sejumlah kursi berhamburan dan beberapa gelas di atas meja pecah berhamburan jatuh dilantai.

Suasana rapat sempat tegang dan nyaris bubar, akibat banyaknya massa yang berteriak-teriak, baik mendukung maupu yang meminta penetapan ditunda. Namun sekertaris KPUD Semuel Tawua pada Media Alkhairaat, mengatakan hal ini tidak bisa ditunda karena sudah merupakan tahapan pilkada yang harus dilanjutkan.

Ketua KPUD Donggala Rifai Amrullah menyatakan kalau ada pihak yang tidak puas atau merasa dirugikan dengan hasil pilkada ini dapat menempuh melalui jalur hukum. “Kami sudah tetapkan pasangan Halal sebagai pemenang Pilkada Donggala. Yang jelas kami telah menjalankan tugas dengan baik sesuai dengan prosedur perundang-undangan yang berlaku,” ucap Rifai.


Photo by: Jamrin

Selasa, 28 Oktober 2008

Hari Sumpah Pemuda Diwarnai Demo


PALU - Perayaan hari sumpah pemuda yang jatuh pada Selasa (28/10) kemarin, diwarnai dengan aksi unjuk rasa oleh Front Perjuangan Rakyat (FPR). Dalam aksinya, FPR meminta adanya lapangan kerja bagi pemuda, dimana dengan hari sumpah pemuda yang dianggap dapat menjadi langkah awal bagi pemuda Indonesia dalam menunjukkan kemampuannya dengan bekerja.

Demo yang diikuti ratusan orang pemuda ini, diwarnai dengan aksi merebahkan diri di depan kantor gubernur Sulawesi Tengah. Aksi itu sebagai lambang keterpurukan masyarakat kecil dan pemuda saat ini.

Dalam orasinya, massa FPR membacakan sembilan tuntutan yang dianggap menjadi masalah utama yang kini dihadapi masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah.

Selain menuntut penyediaan lapangan pekerjaan bagi pemuda, FPR juga menuntut realisasi dana pendidikan sebesar 20 persen dan pemberhentian pemotongan subsidi pendidikan serta pemberian sekolah gratis dan kuliah murah bagi anak buruh tani dan tani miskin.

“Diharapkan dengan momen sumpah pemuda ini pemerintah akan lebih memberi ruang bagi para pemuda dan masyarakat kecil dalam meraih kehidupan yang lebih baik,’’tandas massa FPR.(banjir)

Photo by Achun Palu