Rabu, 05 November 2008

Sosok Guru Tua Di Desa Benteng

Setelah beberapa jam lamanya Habib Ali bin Muhammad Aldjufrie berada di Desa Lebiti, rombongan pun bergerak menuju kampung Benteng Kecamatan Togean. Perjalanan ke Benteng hanya memakan waktu kurang dari setengah jam. Ada yang menarik dan menurut saya sangat luar biasa, ketika speed boat yang kami tumpangi mulai mendekati dermaga setempat, nampak ratusan warga mulai dari orang tua hingga anak-anak terlihat berada di atas dan disekitar dermaga. Setelah kami merapat didermaga itu, ternyata ratusan warga ini telah siap menjemput kedatangan Cucu Guru Tua Habib Ali, pemandangan ini sangat jauh berbeda pada saat kami berada di desa sebelumnya.
Kedatangan Habib Ali disambut dengan penuh suka cita dan diiringi suara rebana, warga pun berebut mengambil dan mencium tangan habib Ali yang putih dan halus itu. Sesaat kami termenung seraya bulu roma berdiri, seakan-akan sosok Habib Idrus bin Salim Aldjufri (Guru Tua) berada ditengah-tengah warga Desa Benteng, sampai-sampai saya nyaris tidak dapat mengabadikan moment tersebut padahal ketika itu saya sedang memegang kamera. Dari dermaga, Habib Ali dan rombongan diboyong menuju kediaman Kepala Desa setempat. Disini telah menunggu puluhan warga yang akan menjamu Habib Ali, saat itu waktu telah menunjukan pukul 14.30 wita.
Disela-sela rombongan tengah menikmati hidangan, salah seorang tokoh masyarakat bercerita, mereka baru mengetahui Habib Ali akan berkunjung ke Desa Benteng pukul delapan pagi. Begitu mendengar berita ini para warga setempat di instruksikan agar bersiap-siap menjemput Ketua Umum PB Alkhairaat. “warga yang sementara mengangkat batu untuk bikin got pun langsung menghentikan pekerjaan mereka.” Ujarnya.
Bukan hanya itu, Desa Benteng salah satu desa tertua di Kepulauan Togean ini banyak menyimpan cerita-cerita bernuansa religi, seperti yang dituturkan Imam Mesjid Desa Benteng kepada Habib Ali, bahwasanya di sini terdapat makam dua orang Aulia Allah yang dianggap keramat masing-masing bernama Sayyid Ahmad Almahdali dan satunya lagi keturunan Bugis yang tidak diketahui namanya. Bukti dari keberadaan dua Aulia Allah ini yakni adanya Kitab Suci Alqur;an berbahasa Arab dan huruf lontara (abjad suku bugis) dengan tulisan tangan yang diyakini telah berusia ratusan tahun. Menurut cerita yang turun temurun dikalangan warga setempat, kedua ulama ini juga diyakini sebagai penyebar agama Islam di semenanjung Kepulauan Togean.
Dari cerita sang Imam Mesjid itu kami mengetahui, ternyata Pendiri Perguruan Islam Alkhairaat Habib Idrus bin Salim Aldjufri (GURU TUA) sudah pernah mendatangi Desa Benteng sekitar tahun 1935 atau berselang lima tahun setelah Guru Tua mendirikan Alkhairaat. Karena itu tidak heran masyarakat Benteng menyambut Habib Ali Muhammad Aldjufri, seakan-akan menyambut kedatangan Guru Tua. (Abdul Wahid Muhammad)

Photo by: abdul wahid mahmud/mal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Komentar atas semua tampilan blog ini demi kesempurnaan.